Sabtu, 16 Mei 2020

Antibiotik - Manfaat, dosis dan efek samping

Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.

Antibiotik

Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya, sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan kondisi, terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan antibiotik, yakni:

  • Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.
  • Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan sendirinya.
  • Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.

Penggunaan antibiotik harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis dengan kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat menggunakan obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan antibiotik.

Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:

  • Ibu hamil dan menyusui.
  • Tengah dalam pengobatan lain.
  • Memiliki riwayat alergi antibiotik.

Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau dalam dunia medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti ketika orang tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian sendi.

Jenis-jenis Antibiotik

Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing digunakan untuk mengatasi kondisi yang berbeda. Jenis-jenis antibiotik meliputi:

Penisilin

Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat adanya infeksi bakteri, beberapa di antaranya adalah infeksi Streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan juga untuk pencegahan endocarditis. Terutama pada penderita atau memiliki riwayat gangguan ginjal, akan lebih baik penggunaan penisilin melalui anjuran dan pengawasan dokter.

Penisilin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan suntikan. Masing-masing bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Baca keterangan yang ada di kemasan dan konsultasikan penggunaan obat dengan dokter.

Berikut adalah jenis-jenis antibiotik penisilin:

Sefalosporin

Sefalosforin tersedia dalam bentuk suntik, tablet, dan sirop kering. Konsultasikan dengan dokter terkait cara penggunaan obat, karena beda bentuk obat dapat berbeda pula kondisi yang ditangani.

Beberapa kondisi yang diobati menggunakan sefalosporin, di antaranya adalah infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Obat ini berpotensi menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, nyeri pada dada, bahkan syok. Penggunaan sefalosporin harus dengan anjuran dan pengawasan dokter.

Jenis-jenis sefalosporin meliputi:

Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi banyak penyakit infeksi bakteri, seperti otitis eksterna, infeksi kulit, dan peritonitis. Penggunaan aminoglikosida harus dengan anjuran serta pengawasan dokter, karena obat ini berpotensi menimbulkan efek samping berupa gangguan kesadaran.

Aminoglikosida tersedia dalam banyak bentuk, di antaranya adalah salep, tetes mata, dan suntik. Masing-masing bentuk obat dapat diresepkan untuk kondisi yang berbeda. Sebelum menggunakan obat, pasien disarankan untuk membaca keterangan cara penggunaan yang ada di kemasan obat.

Jenis-jenis aminoglikosida meliputi:

Tetrasiklin

Tetrasiklin tersedia dalam berbagai macam bentuk obat, yakni salep, salep mata, kapsul, dan suntik.

Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi yang muncul akibat adanya infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah sifilis, anthrax, tifus, brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin tertentu tidak dapat digunakan pada anak usia di bawah 12 tahun. Jangan menggunakan tetrasiklin tanpa anjuran dokter.

Jenis-jenis tetrasiklin meliputi:

  • Doxycycline
  • Minocycline
  • Tetracycline
  • Oxytetracycline
  • Tigecycline

Makrolid

Beberapa kondisi yang diobati menggunakan antibiotik makrolid adalah bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis. Makrolid sendiri tersedia dalam banyak bentuk, yakni tablet, kaplet, sirop kering, dan suntik.

Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat seperti cisapride. Dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan makrolid atau mengombinasikannya dengan obat lain.

Jenis-jenis makrolid meliputi:

Quinolone

Quinolone memiliki bentuk yang berbeda, dan dengan indikasi yang berbeda. Bentuk obat ini, di antaranya adalah tablet, suntik, dan kaplet.

Quinolone digunakan untuk mengatasi banyak kondisi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi kulit. Penggunaan quinolone dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan pada sistem saraf pusat. Maka dari itu, jangan gunakan obat ini tanpa anjuran dokter.

Jenis-jenis quinolone meliputi:

SUSPENSI - Ilmu Resep

SEDIAAN SUSPENSIDASAR TEORI SUSPENSI

Hasil gambar untuk sediaan suspensiA.    PENGERTIAN SUSPENSI


1.      adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (FI III hal: 32)


2.      Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV hal : 17)


3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan (formularium nasional hal : 3)


4.   Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (IMO hal : 149)5.      Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel” kecil, yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu zat yang tidak larut bisa dimaksudkan untuk diabsorpsi fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar (leon lachman hal : 985)


B.     PENGERTIAN LOTIO


Lotio adalah sediaan berupa larutan, suspense, atau emulsi yang dimaksudkan untuk penggunan pada kulit.( Fornas edisi 2 hal 325)


C.     MACAM-MACAM SUSPENSI


1.      Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral.


2.      Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam  cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan kulit.


3.      Suspensi tetes telinga adalah  sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.


4.      Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.


5.      Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai.


(lmu Resep Syamsuni hal 125)
D.    SYARAT-SYARAT SUSPENSIØ 1.      Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal2.      Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.3.      Suspense harus di kocok sebelum digunakan4.      Suspensi harus disimpan dalam wadahtertutup rapat.( FI IV hal 18)Ø   1.      Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap2.      Jika dikocok harus segera terdispersi kembali3.      Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas4.      Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di tuang. (FI III hal 32)Ø  Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan (ansel hal 356)Ø  Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap (1985 FKI hal 82)Ø  Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau melukai kulit (1985 FKI hal 77)



E.     KOMPOSISI SUSPENSI


1.      Bahan aktif.Contoh: sulfur praicipitat, calamin, titanium dioksida


2.      Bahan tambahanØ  Pewarna : metilen blue, metamil yellowØ  Pengawet : nipagin 2-5%, nipasol 0,05-0,025%


3.      Suspending Agent


a.       Akasia (PGA)Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya adalah PH 5-9.Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus ditambahkan pengawet. (ilmu resep syamsuni hal 139)


b.      TragakhanMengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih kental dari pada mucilago dari Gom arab. (ilmu resep syamsuni hal 140)


c.       Mucilago amilyDibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)


d.      Solution gum arabicumMengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya. (vanduin hal 58 )


e.       Mucilago salebDibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah dihilangkan patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal 58)


f.       Solution gummosaMengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit (vanduin hal 58)


F.      CARA PEMBUATAN SUSPENSI SECARA UMUM


1.      Metode dispersiDitambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian diencerkan


2.      Metode Presitipasi·    Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air·   Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.


G.    EVALUASI  SEDIAAN


1. Metode reologiBerhubungan dengan factor sedimentasi dan redispersibilitas membantu menentukan prilaku pengendapan mengatur pembawa dan susunan partikel untuk perbandingan.


2.  Perubahan ukuran partikel


Digunakan cara freeze-thow yaitu temperature diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan Kristal yang intinya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat Kristal. (lachman edisi 2 hal 10)


F.  CONTOH FORMULASI SEDIAAN SUSPENSIRESEP SUSPENSI TOPIKAL


a.   LOTIO KUMMERFEL,DI.(aqua cosmetika kummerfeldi)(Obat kukul)Resep stadartR/ Sulf praec               20     Camph                    3     Mucil Gum Arab    10     Sol. Calc Hidrat     134     Aq. Rosae              133                      s.u.eRancangan Formulasi
Dr. azhhuri
(SIP.017/KOD/DU/II/1991)
Praktik:
Jln.sawojajar 23 Malang
Telp. 03417456678
Malang 27-11-2012

R/ Sulf praec               4
     Camph                    0,6
     Mucil Gum Arab    2
     Sol. Calc Hidrat     26,8
     Aq. Rosae              26,6
                      s.u.e




Pro:       Ani  (18 th)
Alamat:  jln. Anggrek no.9 Malang



A.    MONOGRAFI


1.      Sulfur praicipitat / belerang endapPemerian: serbuk amof/ hablur renik, sangat halus, warna kuning pucat, tidak berbau dan berasaKelarutan: praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondioksida, praktis tidak larut dalam etanol.(FI IV, hal 771)Khasiat: antiskabisid


2.      CamporaPemerian: hablur, granul/ massa hablur, putih/ tidak berwarna, jernih, bau khas, tajam, rasa pedas dan aromatik, menguap perlahan pada suhu kamar.Kelarutan: sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, minyak lemak, minyak menguap.(FI IV, hal 167)Khasiat: anti iritan


3.      Mucil PGAMengandung Gummi Arabicum 40% dan dibuat dengan menambahkan 1,5 kali air kepada Gom Arap itu, kemudian digerus sampai diperoleh suatu massa yang homogeny. (VANDUIN hal 58)


4.      Sol Calc HidratSuatu kapur tohor dengan tiga bagian ait mendidihdiencerkan, sesudah 15 menit dengan air hingga 25 bagian, biarlah campuran mengendap dan tuanglah zat cair yang diatasnya, tambahkan air yang sama banyak pada endapannya, kocok dan biarkan mengendap lagi. Tuanglah lagi zat cair yang diatasnya, ulangi lagi dan akhirnya tambahkan pada endapannya 300 bagian air, dikocok berulang-ulang dan simpanlah campurannya dalam botol  tertutup baik. (PH ned hal 532)


5.      Aqua rosaeLarutkan sebagian minyak mawar dalam 1g bagian spiritus keras dan saring, ambil 4 bagian dari larutan tambahkan 996 bagian air saringlah zat cair jernih. (PH ned, hal 105)


6.      Pulv Gumi ArabicumPemerian; serbuk putih/putih kekuningan, tidak berbauKelarutan: larut hamper semua dalam air, tetapi sangat lambat meninggalkan, sisa bagian tanaman dalam jumblag sangat sedikit, dan membersihkan cairan seperti mucilage, tidak bermarna/ kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam eter dan etanol. (FI IV hal 718)


B.     PERHITUNGAN BAHAN


1.      Sulfur Praecipitat  :  20g/300ml X 60 ml = 4g2.      Champora              :  3g/300ml X 60 ml = 0,6g3.      Mucil PGA            :  10g/300ml X 60 ml = 2gPGA                      :  4g/100g X 60 ml = 0,8gAqua untuk PGA  : 1,5 X 0,8 = 1,2 ml4.      Sol. Calc hidrat     :  134g/300ml X 60 ml = 26,8ml5.      Aqua Rosae           : 133g/300g X 60 ml = 26,6ml


C.     ALAT Dan BAHAN


ALAT:1.      Mortir 2.      Setemper3.      Beaker Glass4.      Gelas ukur5.      Kaca arloji6.      Penara7.      Timbangan8.      Etiket warna biru9.      Sudip10.  Sendok tanduk11.  Perkamen12.  Pinset13.  Botolvolume60ml


BAHAN:1.      Sulfur praicipitat2.      Sol. Calc hydrat   3.      Aqua rosae4.      Champora5.      PGA6.      Spiritus fort


D.    CARA PEMBUATAN

1.      Disiapkan alat dan bahan2.      Disetarakan timbangan3.      Dikalibrasi botol 60ml4.      Ditimbang champora, diasukkan dalam motir, ditambahkan 3 tetes spiritus fort dan digerus ad homogen.5.      Ditimbang sulf. Praicipitat dimasukkan kedalam no. 4, digerus ad homogen. Dipindahkan dalam kaca arloji, dan dibasahi dengan gliserin6.      Ditimbang PGA dimasukkan kedalam mortar digerus, ditambahkan aqua rosae 1,2ml digerus ad terbentuk mucilage7.      Ditambahkan no. 5 kedalam mortar no. 6 diaduk ad homogen8.      Ditambahkan sol calc hidrat diaduk ad homogen9.      Diencerkan hasil no 8 dengan aqua rosae, dimasukan dalam botol10.  Diadkan dengan aqua rosae ad tanda kalibrasi, lalu di tutup dan kocok ad homogen

11.  Tutup dengan cup, diberi etiket biru dan label.


E.     ETIKET
Apotek
PUTRA INDONESIA
Jln. Barito 5 Malang Telp. (0341) 491132
Apoteker : dra. Bila S.A.S Apt           No. SIA/1201/424.052/2010

Tgl 27-11-12                                              No. 1
Ani  (18 thn)
CP: dioleskan pada jerawat
OBAT LUAR
ttd


KOCOK DAHULU

F.      EVALUASI HASIL PRAKTIKUM1.      Kelarutan              : -2.      Viskositas              : encer3.      Volume                 : 60ml4.      Homogenitas         : kurang homogen terdapat endapan kamfer5.      Organoleptis:Bau                       : kamfer dan aqua rosaeRasa                      : -Warna                    : putih kekuningan6.      Etiket  :Tanggal:√Paraf: √Signa: √Nama pasien + umur: √No resep: √Tutp kup: √


G.    PEMBAHASAN                  Hasil praktikum pembuatan suspensi sulfur praecipitat tidaksesuai dengan yang diharapkkan. Karena ada endapankamfer dan tidak tercampur homogen.  Cara perlakuankamfer dalam suspensi seharusnya camfer dilarutkan dulu dalamspiritus fortiori 2x berat kamfer, lalu disuspensikan dalam 2% PGA. Tetapi cara pembutan saat praktikum tidak sesuai dengan literature, karena yang disuspensikan dahulu dalam suspending agent adalah sulfur praecipitat yang sudah di basahi kemudian di aduk ad homogen kemudian kamfer yang sudah di basai baru dimasukan dalam suspending agent yang sudah tercampur sulfur praecipitat dan di aduk ad homogen. Sehingga kamfer tidak bias terikat dengan suspending agent tersebut dan suspending agent yang digunakan juga kurang dari dari persyaratan ( kurang dari 2 % ). Oleh karena itu hasil praktikum terdapat kamfer yang mengendap dan tidak tercampur homogen.


H.    PEMBETULAN CARA PEMBUATAN


1.      Disiapkan alat dan bahan2.      Disetarakan timbangan3.      Dikalibrasi botol 60ml4.   Ditimbang 0,6g champora, diasukkan dalam motir, ditambahkan 0,9ml (1ml) spiritus fort dan digerus ad homogen dipindahkan dalam gelas arloji.5.      Ditimbang 4g sulf. Praicipitat. Dipindahkan dalam kaca arloji, dan dibasahi dengan gliserin6.    Ditimbang PGA 1,2g dimasukkan kedalam mortar digerus, ditambahkan aqua rosae 1,8ml digerus ad terbentuk mucilago7.      Ditambahkan no.4 ( kamfer ) kedalam mortar no. 6 diaduk ad homogen8.  Dimasukkan no.5 (sulfur praecipitat) dalam campuran no.7 aduk ad homogen kemudian ditambahkan sol calc hidrat diaduk ad homogen9.      Diencerkan hasil no 8 dengan aqua rosae, dimasukan dalam botol10.  Diadkan dengan aqua rosae ad tanda kalibrasi, lalu di tutup dan kocok ad homogenTutup dengan cup, diberi etiket biru dan label 

 
                    Hasil gambar untuk sediaan suspensi